Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Khitan’ Category

Dok, saya pria 18 tahun dan belum dikhitan. Berat 66 kg, tinggi 169 cm. Saya berniat untuk sunat tapi ada beberapa hal yang membuat saya bingung, Banyak yang mengatakan bahwa anestesi yang dilakukan sebelum sunat disuntikkan di kepala penis, apakah hal itu menyakitkan? Konon sunat dengan metode laser lebih cepat sembuh daripada metode konvensional dan tanpa  memerlukan jahitan?Oni, Malang 

Khitan atau sirkumsisi secara medis banyak memberi manfaat. Khususnya untuk menjaga kebersihan organ penis. Setelah khitan, maka akan menjadi lebih mudah untuk membersihkan ‘kotoran’ yang berada di leher penis.

            Secara psikologis, sebaiknya sunat dilakukan saat anak sudah berani sehingga trauma psikis lebih minimal. Atau, saat anak masih bayi sekalian. Bisa juga dilakukan diluar ketentuan waktu tersebut di atas, antara lain jika sering infeksi saluran kencing karena penyebab kulit khatan panjang dengan saluran kencing bagian luar yang sempit. Sisa air kencing yang tidak tuntas akan memudahkan kuman berkembang biak dan terjadi infeksi.

            Khitan yang dilakukan saat usia sudah dewasa, secara teknis tidak ada kendala. Tentang teknik yang akan digunakan, saat ini memang banyak pilihan. Ada cara konvensional yaitu pemotongan kulit khatan dengan pisau bedah, dengan bantuan elektro kauter, atau bisa dengan sarana laser.

            Dari tiga cara tersebut, tindakan penyuntikan obat kebal (anaestesi lokal) sama-sama dilakukan sebelum proses pemotongan kulit khatan. Suntikan kebal yang utama dilakukan di daerah pangkal penis, suntikan tambahan bisa dilakukan di beberapa tempat di kulit penis, tetapi tidak di kepala penis. Setelah dipastikan efek obat kebal  berfungsi secara efektif, baru kemudian pemotongan kulit khatan dilakukan.

            Pemotongan bisa dilakukan dengan pisau bedah pada cara konvensional, atau bisa dengan elektro kauter, bisa juga dengan sarana laser. Pemotongan dengan elektro kauter atau laser hampir sama, hasilnya setelah dipotong akan sangat minim ada perdarahan. Namun, tindakan untuk menjahit luka bekas irisan tetap dilakukan agar penyembuhan terjadi sempurna.

            Khitan dengan cara konvensional, walaupun setelah pemotongan kulit akan tampak ada darah yang mengalir tetapi tidak masalah. Tindakan untuk mengikat satu demi satu dari saluran darah yang terpotong merupakan keunggulan tersendiri, sehingga pasca pemotongan lebih aman dari adanya perdarahan susulan.

            Masalah kecepatan penyembuhan pasca khitan bergantung banyak hal. Antara lain, kondisi kesehatan individu, kondisi sterilisasi saat tindakan, dan teknik penjepitan kulit yang dilakukan menjelang pemotongan.

            Rata-rata, kulit bekas khitan sembuh sekitar 10 hari sampai 2 minggu. Cara konvensional ini masih dianggap baik dibanding elektro kauter atau laser. Namun, keputusan untuk memilih metodenya bersifat individual. Yang sebaiknya tidak dilupakan adalah aspek seksologis. Perlunya mempertimbangkan agar setelah khitan, bukan hanya kebersihan organ penis lebih terjaga tetapi juga sensitifitas saraf daerah penis tidak terganggu. (*)

 Dr dr Hudi Winarso SpAnd MKes

Read Full Post »

Khitan Jepit tanpa Jahit

            Baru-baru ini di Jakarta dilaksanakan khitan masal. Yang berbeda, khitan itu tidak dilakukan dengan metode standar, namun menggunakan klem untuk khitan. Apa bedanya?

            Prof Dr dr Doddy M. Soebadi SpB SpU-K, spesialis urologi RSU dr Soetomo Surabaya, menjelaskan, klem khitan adalah alat khitan tanpa menggunakan jahitan. Proses khitan relatif cepat, sekitar 10-15 menit. Setelah khitan, anak dapat langsung pulang dan menggunakan celana seperti biasa.

            Jenis dan bentuk alat klem bermacam-macam. Ada yang terbuat dari plastik berupa tabung memanjang yang dilengkapi penjepit. Ada juga yang terbuat dari besi dengan lubang dan ulir sebagai penjepit. Meski berbeda, cara kerja kedua alat itu nyaris serupa. Yakni, menjepit kulup hingga jaringannya mati (nekrosis).

            Pada klem besi, misalnya, dokter akan menarik kulup ke atas. Kulup yang terangkat itu dimasikkan ke lubang, lalu kulup dijepit dengan ulir. Penjepitan didiamkan selama kurang lebih 15 menit. “Setelah jaringan mati, kulup dipotong dengan pisau bedah,”ujar Doddy.

            Pada klem plastik, dokter akan memasang tabung pada ‘burung’ si bocah. Selanjutnya, sama seperti klem besi, dokter akan menarik kulup ke atas hingga menutupi tabung dan menjepitnya. Yang membedakan, jepitan tersebut tidak bisa dilepas hari itu juga. Anak harus menunggu lima hari kemudian hingga jaringan kulupnya mati, baru kemudian dipotong. Dengan metode tersebut, jahitan memang tidak dibutuhkan. Sebab, ketika jepitan dilepas, kulup sudah legket satu sama lain. “Tapi, hasilnya tidak akan serapi bila di jahit,”lanjutnya.

            Cara itu sama sakitnya dengan metode sunat biasa. Lebih sakit malah. Apalagi bila mengguakan klem plastik, si anak harus rela ‘dijepit’ kulupnya higga berhari-hari. Pengguaan klem plastik ini bisa berisiko komplikasi bila kebersihan anak kurag terjaga,”jelas ketua umum Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) itu.

            Terlebih, ketika kencing dan tidak dibersihkan dengan baik, air kencing si kecil bisa menempel pada klem. Dengan demikian, alat tersebut bisa lembab dan mengundang kuman serta bakteri untuk bersarang. “Akibatnya, infeksi. Bila ini terjadi, klem harus dilepas dan dilakukan sunat biasa,”ungkapnya.

            Tak hanya itu, penggunaan klem plastik juga bisa dikatakan tidak efektif. Sebab anak harus berkunjung ke dokter dua kali. Pertama, untuk memasang klem, kedua, melepasnya. “Ini yang terkadang membuat orang malas. Apalagi, tingkat ketaatan masyarakat kita masih rendah. Akan celaka sekali bila mereka melepas sendiri,”ujar dokter berkaca itu.

            Di Surabaya, metode klem tersebut memang kurang begitu populer. Selain belum begitu gencar diinformasikan, ibarat margarin, mengutip kata-kata Doddy, itu hanya margarin kualitas dua. “Sebab, hasilnya tidak bagus. Lantaran dijepit, hasilnya akan berupa scar yang jelek. Secara estetis kurang memuaskan,”katanya.

            Sekali lagi, apapun pilihannya, hal itu bergatung pada selera setiap individu. “Saya tidak akan mengatakan cara ini jelek atau bagus. Kalau memang ada yang lebih sreg dengan cara ini, silakan mencoba,”tegasnya. (ign)

Read Full Post »

Khitan di Masa Dewasa

Saya pria berusia 20 tahun. Belum dikhitan. Rencananya sih, dalam waktu dekat ini. Saya ingin bertanya dok, kata orag, melakukan khitan pada usia saya ini konon akan membuat perdarahan susah berhenti. Benarkah? Metode sunat saat ini kan bermacam-macam, kira-kira metode apa yang paling tepat? Saat penyembuhan bagaimana cara mandi yang tepat supaya luka khitan tidak terguyur air? Boy, Surabaya 

Jawab:

Khitan dapt digolongkan sebagai operasi kecil. Artinya tingkat kesulitan dan resikonya relatif mudah diatasi. Risiko perdarahan saat khitan bisa saja terjadi. Jika terjadi perdarahan, maka penghentian perdarahan nisa dilakukan dengan membuntu pembuluh darah yang teriris/terpotong. Di antaranya, pengikatan pembuluh darah atau dengan dibakar listrik (electrocaunter).

Penghentian perdarahan dengan cara tersebut lazimnya cukup efektif dan sukses. Untuk orang yang lebih dewasa, pembuluh darah di penis memang relatif lebih lebar. Tetapi tak harus menjadikan kekhawatiran karena masalah perdarahan.

Perdarahan bisa menjadi masalah jika pria yang disunat memiliki gangguan sistem pembekuan darah. Untuk memastikan tak memiliki gangguan fungsi darah, bisa dilakukan tes laboratorium uji pembekuan darah. Jika hasil tes menunjukkan fungsi pembekuan darah tak ada masalah, maka tak usah takut terjadi perdarahan yang sulit dihentikan.

Sunat saat dewasa juga tak ada hubungan dengan kulit khatan yang sulit dipotong (jawa:khotot). Yang perlu disiapkan justru pencukuran rambut kemaluan. Selain karena rambut kemaluan sudah lebat, rambut yang ada akan mengganggu proses sterilisasi sebelum pemotongan kulit khatan.

Di antara banyak cara khitan, cara konvensional merupakan cara lama yang masih terbaik. Yakni dengan pemotongan biasa pakai pisau bedah steril dan penghentian fokus perdarahan yang ada, kemudian menjahit untuk mempertemukan antar ujung kulit.

Yang penting adalah pengalaman dan kecermatan petugas yang mengkhitan. Cara sterilisasi yang prima sangat menentukan penyembuhan. Apalagi jika kondisi kesehatan sangat baik.

Perawatan setelah khitan tidak harus istimewa sampai tidak boleh kena air. Biasanya di kasa verban pembalut luka akan lengket karena sisa darah yang mengering. Tak jarang, jika penjahitan cermat, maka verban tidak lengket dan luka cepat sembuh

Untuk Boy yang berumur 20 tahun, mestinya tak ada masalah yang harus dikhawatirkan pada khitan. Pada usia tersebut, tingkat kekebalan tubuh sangat prima. Teknologi kedokteran saat ini sudah berkembang sangat maju, bahkan pembuluh darah yang terpotong pun sudah bisa disambung dengan baik. Kalau hanya khitan, tak ada masalah yang terlalu dikhawatirkan.

Secara medis, khitan akan memudahkan menjaga kebersihan organ kelamin, khususnya pada bagian leher penis yang tertutup kulit khatan. Untuk yang kulit khatannya panjang dan tertutup sehingga menjadi penyebab sering infeksi saluran kencing, maka khitan merupakan solusi efektif

Dr dr Hudi Winarso MKes

Read Full Post »