Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Mei 12th, 2007

Meski usianya telah lebih dari 70 tahun, gairah seksualnya masih besar. Sayang, istri yang telah menopause mulai menurun gairahnya. Apakah masturbasi cukup baik sebagai solusi? Adakah cara lain agar hubungan seks tetap dapat terlaksana? 

Kasus:

“Saya pria berusia 73 tahun, istri 60 tahun. Kondisi kesehatan kami masih baik berkat olahraga teratur dan tidur cukup. Istri pernah patah tulang bahu, serta sudah menderita DM dan rematik. Akhir-akhir ini kehidupan seksual kami agak terganggu oleh keluhan istri, bahwa dia semakin kurang bernafsu/bergairah. Katanya, kenikmatan sudah tidak dirasakannya lagi. Istri pernah bercerita sekarang vaginanya tidak merasakan sensasi kalau terjadi penetrasi. Apakah ini sebagai akibat kondisi menopausenya, saya sendiri kurang jelas.

Yang pernah saya baca akibat menopause antara lain perlendiran terhambat, vagina menipis, payudara menurun. Lalu, apakah kenikmatan seksual dan gairah seksual juga menurun, kemudian lenyap, saya kurang tahu. Mohon penjelasan. Kondisi seksual saya sendiri, ereksi mèmang menurun, ejakulasi terjadi setelah penetrasi singkat dalam vagina. tetapi gairah seksual masih lumayan, dalam arti minimal butuh seks seminggu sekali. Kalau berdekatan dengan istri, reaksi ereksi masih lumayan, meskipun kami berpisah ranjang karena istri tidur bersama anak bungsu yang kurang berani tidur sendirian.Saya kurang percaya dengan pengakuan istri yang merasa tidak ada lagi rasa nikmat seksual itu. Sebab, kalau sedang bercinta saya masih mendengar dan merasakan tanda bahwa dia mengalami orgasme.

Di samping keluhan di atas, istri saya sering mengatakan bahwa dia sering membayangkan kenikmatan kehidupan seksual kami ketika kami berdua sama-sama masih hot bercinta. Pertanyaan saya, dalam kondisi menopause, tinggal berapa persenkah gairah seksual dan kenikmatan seks yang dimiliki istri? Apakah persentase tersebut akan terus melorot, sehingga pada akhirnya padam sama sekali? Dengan keluhan istri tidak lagi merasakan kenikmatan seksual itu apakah sebagai pertanda bahwa kehidupan seksual istri sudah berakhir dan dia tidak boleh diajak bercinta lagi? Saya pernah berkata pada istri daripada tidak sama sekali masih mending tetap bermain cinta, meskipun kenikmatannya sudah menurun sekian persen. Seandainya akhirnya benar-benar terjadi istri menarik diri dari kehidupan seksual kami, sedang saya sendiri masih tetap ingin melanjutkan kehidupan seksual sebagai laki-laki yang masih sehat, apakah mungkin bisa saya lanjutkan dengan cara masturbasi? Soal masturbasi bagi saya seringkali pelaksanaannya tidak segampang ketika masih berstatus belum kawin dahulu. Untuk minta bantuan istri, belum terbayangkan apakah dia mau membantu.”(N.N. Palembang)

Jawaban:

Hormon Estrogen Menurun

Fungsi seksual dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Pada usia lanjut, kedua faktor itu sangat berpengaruh. Tidak aneh kalau terjadi masalah seperti yang Anda alami sehubungan dengan keluhan istri. Apalagi istri Anda mengalami diabetes dan pernah patah tulang. Keluhan rematik yang Anda sebutkan, boleh jadi gejala osteoporosis akibat menopause.Benar pada menopause telah terjadi penurunan kadar hormon estrogen, progesteron dan testosteron juga. Penurunan ini menimbulkan berbagai keluhan termasuk keluhan seksual. Penurunan dorongan seksual juga terjadi, sama seperti yang Anda alami. Demikian juga keluhan perlendiran vagina yang berkurang, sama dengan ereksi yang berkurang. Seperti yang Anda alami. Benar, wanita menopause tetap mempunyai dorongan seksual, tetapi dorongan seksual-nya juga menurun, sama seperti pria. Apalagi kalau mengalami gangguan karena berbagai penyakit, seperti yang dialami oleh istri Anda. Belum lagi kalau pengalaman seksual sebelumnya tidak menyenangkan.

Perlu Pengobatan

Jadi, keluhan istri wajar terjadi, sama seperti yang Anda alami juga. Kemunduran fungsi seksual itu dapat menurun terus kalau tidak mendapat pengobatan. Banyak orang pada usia lanjut ingin merasakan tetap seperti dulu, tetapi enggan menjaga kondisi fisik dan psikisnya. Enggan pula mendapatkan pengobatan.Padahal, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran memberi harapan agar kondisi fisik dan psikis menjadi lebih baik, bahkan tetap prima. Dengan demikian, kualitas hidup juga dapat ditingkatkan walaupun usia bertambah.Kalau Anda ingin fungsi seksual istri menjadi lebih baik, dia harus mendapat pengobatan sesuai dengan penurunan yang terjadi pada masa menopause. Tentu istri memerlukan konsultasi dan pemeriksaan awal sebelumnya.Kalau dibiarkan tanpa pengobatan, tidak mungkin kualitas hidupnya menjadi baik. Tanpa pengobatan, jangan harapkan kehidupan seksual bersama Anda menjadi lebih baik.Satu hal yang harus Anda perhatikan, kehidupan seksual dengan pasangan harus ditujukan untuk kepentingan bersama. Andaikata karena sesuatu sebab istri tidak menginginkan, Anda harus dapat mengerti dan mampu mengontrol. Tentu saja kalau itu terjadi terus-menerus akan mengganggu kehidupan bersama. Karena itu, harus diatasi dengan cara ilmiah. Masturbasi merupakan salah satu cara sebagai pengganti hubungan seksual. walaupun tidak semua orang merasa nyaman melakukannya. Tentu saja dengan masturbasi tidak terjadi keterlibatan emosional.

Read Full Post »

Pakai Tisu Basah

Karena tidak mampu mempertahankan ereksi alias ejakulasi dini, pria ini menggunakan tisu tertentu supaya penis menjadi mati rasa dan tidak mudah terangsang. Apa bahayanya? Dapatkah ejakulasi dini diobati?

Kasus:

“Saya pria berumur 27 tahun. Saya adalah penggemar rubrik yang Anda asuh. Hampir setiap hari saya menyempatkan diri untuk membaca setiap makalah yang disajikan. Membaca tulisan-tulisan Anda, saya merasa bahwa saya adalah seorang penderita ejakulasi dini yang mungkin tidak terlalu parah. Sebab, masih bisa melakukan hubungan seksual walaupun itu hanya berjalan sebentar saja.

Perlu diketahui, semasa SMA saya sering melakukan onani. Sekarang saya mempunyai pacar. Karena tidak ingin mengecewakan pacar setiap akan melakukan hubungan, saya selalu memakai “magic power tissue” (tisu basah). Setelah menggunakan itu, saya bisa bertahan cukup lama sampai pacar mendapatkan orgasmenya. Yang ingin saya tanyakan. Apakah berbahaya bila saya menggunakan tisu itu? Apakah ada saran tentang obat penahan ejakulasi yang aman? Saya sangat mengharapkan saran Anda karena tidak ingin suatu saat nanti terjadi sesuatu yang tidak saya kehendaki. Sebenarnya saya ingin berkonsultasi secara langsung, tetapi sekarang ini saya masih berada di luar negeri.”(A., di luar negeri)

Jawaban:

Upaya Keliru

Di masyarakal ternyata cukup banyak pria yang mengalami ejakulasi dini. Mereka tidak mampu mengontrol terjadinya ejakulasi sampai pasangannya dapat mencapai orgasme.Diduga sekitar 20-30 persen pria menikah mengalami ejakulasi dini. Di antara mereka, sebagian tidak peduli dengan keadaan itu. Sebagian lain menyadari masalahnya, walaupun tidak segera berupaya mengatasinya.Di antara yang tidak peduli, setelah pasangan mengeluh karena tidak puas, barulah mereka sadar ada sesuatu yang tidak normal. Sayangnya, setelah itu mereka tidak selalu berupaya dengan cara yang benar. Anda agaknya termasuk pria yang peduli, sehingga melakukan upaya untuk mengatasi masalah itu.Banyak pria yang mengalami ejakulasi dini dan gangguan seksual lainnya melakukan upaya yang tidak benar secara ilmiah kedokteran. Upaya tidak benar pada umumnya disebarkan melalui iklan di media massa tertentu. Hasilnya tentu tidak seperti yang diharapkan, sebagian mengalami akibat buruk, bahkan fatal.

Ada Obatnya

Salah satu produk yang diiklankan untuk mengatasi ejakulasi dini adalah tisu basah, yang mungkin mengandung bahan pemati rasa. Kalau bahan itu dioleskan ke penis, penis menjadi mati rasa.Sebagian orang yang menggunakan tisu basah itu mengalami penundaan ejakulasi, sehingga hubungan seksual dapat dilakukan lebih lama. Banyak juga yang tetap mengalami ejakulasi dalam waktu singkat. Sebagian lain merasa tidak nyaman karena merasa kebal, termasuk pihak wanita.Kalau Anda merasakan manfaat dengan cara itu dan tidak merasa terganggu silakan saja gunakan. Tisu seperti itu tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan karena sifatnya hanya lokal di penis.Keluhan umumnya muncul karena pengguna merasa sensasinya berkurang, bahkan merasa kebal. Selain itu, tidak ada akibat yang berbahaya.Ejakulasi dini sebenarnya dapat diatasi dengan obat tertentu yang bersifat menormalkan serotonin yang ada di dalam tubuh. Namun, penggunaan obat itu dapat menimbulkan efek samping, khususnya kalau dosisnya tidak tepat. Karena itu, perlu mendapat pemeriksaan dokter lebih dulu.

Read Full Post »

“Saya pria berumur 33 tahun, dalam waktu dekat akan melangsungkan pernikahan. Saya berusaha menjaga kesehatan jasmani dalam ukuran yang saya anggap baik, yaitu tidak merokok, berolahraga seminggu sekali, serta tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras. Saya belum pernah melakukan hubungan seksual.

Sekitar tiga tahun lalu saya mengalami pembengkakan ginjal pada kedua belah ginjal, tetapi tidak sampai dirawat. Saya hanya berobat jalan selama satu bulan. Kondisi kesehatan ginjal saya saat ini telah baik. Meskipun demikian, ada hal yang cukup mengganggu perihal kesehatan fungsi seks saya, yaitu dalam hal ereksi.Dari segi ukuran penis, saya tidak mengalami masalah, tetapi bila diperhatikan, saya tidak mengalami ereksi yang sering/cukup, seperti di pagi hari, misalnya. Saya coba perhatikan hal ini déngan menstimulasi penis, tetapi ereksi yang dihasilkan tidak cukup baik. Sebagai gambaran, ereksi yang terjadi hanya berupa keras, maksimal 1 menit, dan arah penis cenderung tetap ke bawah. Pernah saya coba dengan menonton adegan dalam blue film, tetapi bahkan saya sama sekali tidak ereksi. Kondisi yang sama bahkan terjadi pada saat saya berdekatan dengan calon istri, dalam arti ketika berciuman. Hal ini cukup mengganggu saya. Apakah telah terjadi disfungsi dalam sistem seksual saya, meskipun orientasi seksual saya tidak menyimpang? Ada kekhawatiran dalam diri saya, apakah saya dapat melakukan hubungan seksual dengan baik. Apakah hal ini disebabkan oleh masalah ginjal yang pernah saya alami? Apa yang perlu saya lakukan?”(S., Bandung)

Jawaban:

Khawatir Distungsi Ereksi

Banyak orang merasa khawatir dengan fungsi seksualnya. Pria umumnya merasa khawatir kalau fungsi ereksinya dianggap tidak normal. Kekhawatiran seperti itu wajar dan boleh saja. Sayangnya, kekhawatiran yang muncul acapkali tidak berdasarkan alasan yang kuatKekhawatiran Anda mengenai ereksi yang tidak normal, saya anggap wajar. Meski demikian, dengan penjelasan berikut, saya harapkan kekhawatiran itu tidak semakin mengganggu.Pria normal memang mengalami ereksi spontan yang terjadi selama tidur malam. Sisa ereksi spontan di malam hari itu tampak pada pagi hari ketika pria bangun tidur.Ereksi spontan ini berkaitan erat dan tergantung pada fungsi hormon testosteron. Karena itu, pada pria yang mengalami penurunan kadar hormon testosteron, ereksi spontan sangat jarang atau tidak terjadi.Kalau di pagi hari tak terjadi ereksi spontan, bukan berarti pada malam hari selama tidur Anda pasti tidak mengalami. Mungkin saja ereksi spontan telah terjadi selama tidur malam, tetapi tidak tersisa pada pagi hari ketika bangun tidur.Barangkali inilah yang Anda alami, sehingga Anda beranggapan tidak terjadi ereksi ketika bangun tidur pada pagi hari.

Kurang Rangsangan

Di pihak lain, ereksi yang muncul karena rangsangan seksual, kurang bergantung pada hormon testosteron. Namun, tetap diperlukan dorongan seksual agar terjadi ereksi yang normal. Kalau Anda tidak mengalami ereksi yang baik ketika melakukan rangsangan sendiri, mungkin saja karena rangsangan yang Anda terima tidak cukup. Demikian juga ketika Anda coba menonton film porno.Mungkin juga adegan film porno tidak memberikan rangsangan yang cukup bagi Anda. Bahkan, mungkin tidak memberikan rangsangan sama sekali bila ternyata adegan itu tidak Anda sukai.Kalau ketika berciuman dengan calon istri, Anda juga tidak mengalami ereksi, tentu tergantung bagaimana ciuman dilakukan dan bagaimana reaksinya. Kalau ciuman yang Anda dan dia lakukan hanyalah ciuman sayang, tentu saja tidak akan menimbulkan ereksi. Justru aneh kalau ciuman sayang kemudian menimbulkan ereksi.Sebaliknya, kalau ciuman dilakukan disertai dorongan seksual, wajar bila terjadi ereksi. Selain itu, lihat juga bagaimana keadaan psikis Anda pada waktu itu.Kalau ciuman dilakukan disertai hambatan psikis seperti perasaan bersalah, tentu tidak mungkin menimbulkan ereksi.

Rasional Saja

Mengenal pembengkakan ginjal yang pernah Anda alami saya tidak tahu pasti apa yang sebenarnya Anda alami. Namun, melihat perawatan yang “biasa saja”, mungkin bukan suatu masalah, dan tidak ada hubungannya dengan gangguan ereksi.Saya pikir sebaiknya Anda tidak merasa khawatir berlebihan untuk sesuatu yang belum tentu benar terjadi. Kalau Anda telah merencanakan menikah, silakan lanjutkan saja.Di dalam pernikahan kelak, andaikata benar terjadi masalah dengan fungsi ereksi, segeralah berkonsultasi lebih jauh dan mendapat pengobatan. Saya pikir ini lebih rasional dan praktis.

Read Full Post »

Gairah seksual pria menurun? Boleh jadi penyebabnya adalah menurunnya kadar hormon testosteron. Karena itu, meskipun dokter (yang tidak tahu) telah memberinya obat disfungsi ereksi, hubungan seksual tetap saja gagal. Apa solusinya?

Kasus:

“Saya Aria berumur 54 tahun. Sejak dua tahun lalu saya mengalami masalah. Saya sepertinya kurang punya nafsu seks, sehingga keinginan melakukan hubungan seks jadi berkurang. Lebih masalah lagi kalau saya ingin, tetapi tidak bisa ereksi dengan baik. Istri saya berumur 44 tahun.Istri sering menuntut, tetapi saya tidak ingin. Kalaupun Saya juga ingin, tidak bisa ereksi dengan baik.

Dalam keadaan seperti itu istri sering marah, bahkan pernah mengancam akan melakukan hubungan dengan pria lain.Walaupun hanya sebatas ancaman, hal itu sangat menekan saya. Saya juga menjadi malu dan kadang-kadang jadi takut kalau istri menuntut hubungan seks lagi.Saya sudah pernah ke dokter, dan diberi obat yang katanya bisa membuat terjadinya ereksi. Nyatanya, saya tidak mengalami ereksi.Waktu itu istri sudah siap mau melakukan hubungan seks, tetapi karena tidak terjadi ereksi, dia marah lagi, dan mengatakan percuma beli obat mahal. Saya pernah berpikir mau mencari obat agar istri tidak bernafsu lagi, sehinggga tidak menuntut.

Mohon penjelasan, mengapa obat itu tidak berhasil membuat ereksi seperti yang dikatakan dokter? Apakah berarti masalah saya berat? Apa yang harus saya lakukan. dan bagaimana caranya mengatasi masalah saya?Apakah perlu istri diberi obat agar nafsunya juga berkurang? Saya tidak ingin rumah tangga saya sering tegang hanya karena masalah seks.”(R.N., Medan)

Jawaban:

Dorongan Seks Hilang

Saya ingin Anda mengerti bahwa masalah yang Anda alami juga dialami oleh banyak pria lain. Banyak pria dengan keluhan dorongan seksualnya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Inilah sebenarnya keluhan utama Anda.Kalau kemudian Anda tidak mampu mencapai ereksi dengan baik, itu disebabkan dorongan seksual yang sangat kurang. Anda juga tidak mampu mempertahankan ereksi, andaikata suatu waktu terjadi. Akibat lebih jauh, tentu saja, hubungan seksual gagal. Inilah yang menyebabkan istri Anda marah, bahkan menyampaikan kata-kata ancaman yang tidak menyenangkan bagi Anda.Kalau istri sering menuntut hubungan seksual, saya pikir wajar karena dia normal. Wanita, seperti pria, juga adalah makhluk seksual. Jadi normal kalau wanita mengalami dorongan seksual, merasa terangsang, dan ingin melakukan hubungan seksual yang memuaskan.Artinya, tidak benar dan tidak manusiawi kalau Anda ingin berupaya agar dorongan seskualnya berkurang. Lebih jauh, saga pikir juga tidak benar, tidak manusiawi, tidak etis, dan tidak profesional kalau ada dokter yang mau memenuhi permintaan Anda untuk menghilangkan dorongan seksual istri.Langkah yang tepat adalah mengatasi masalah Anda sendiri dengan benar. Sayang saya tidak tahu obat apa yang Anda konsumsi itu. Namun, kalau obat itu ternyata tidak berfungsi, ada tiga kemungkinan penyebabnya. Pertama, obat yang diberikan bukan untuk masalah Anda, yang berarti diagnosis dokter salah. Kedua, dosis obat tidak tepat. Ketiga, obat itu palsu.

Pengobatan Hormon

Berdasarkan surat Anda di atas, sangat mungkin dokter itu mendiagnosis Anda mengalami disfungsi ereksi. Karena itu, dia memberikan obat yang “katanya bisa membuat terjadinya ereksi”. Padahal, menurut pengertian saya, berdasarkan surat Anda di atas, Anda mengalami hambatan dorongan seksual, bukan disfungsi ereksi.Gangguan ereksi yang Anda alami tampaknya merupakan akibat tiadanya dorongan seksual. Kalau dugaan saya ini benar, wajar obat yang “katanya bisa membuat terjadinya ereksi” itu tidak berfungsi dengan baik.Saya sarankan Anda berkonsultasi lebih jauh dan mendapat pemeriksaan yang benar. Dengan demikian, dapat dipastikan apa yang sebenarnya Anda alami. Namun, sangat mungkin Anda mengalami hambatan dorongan seksual.Salah satu penyebab penting ialah menurunnya hormon testosteron yang berfungsi mempertahankan dorongan seksual, selain berfungsi pada organ tubuh yang lain. Menurunnya hormon testosteron dapat dialami oleh pria dan juga wanita karena proses penuaan, di samping karena penyakit tertentu. Keadaan ini menyebabkan timbulnva keluhan yang mengganggu kualitas hidup manusia. Bahkan, kehidupan sehari-hari bisa terganggu juga.Pada usia Anda, hampir pasti terjadi penurunan hormon testosteron, bahkan mungkin sudah terjadi kekurangan. Dalam keadaan begini, tentu diperlukan pengobatan hormon.

Read Full Post »

“Saya pria, sudah menikah dan punya dua anak. Saya sangat senang membaca artikel dan jawaban tentang masalah seksual di dalam keluarga melalui media ini dan juga Kompas online. Saya tergolong pria yang mengalami ejakulasi dini. Apabila berhubungan dengan istri, saya selalu lebih dulu mencapai puncak, sedangkan istri belum. Namun, ada cara yang saya buat hingga istri bisa menikmati puncaknya, dan kami selalu merasa senang bersama.

Yang menjadi kekesalan saya adalah kenapa saya terlalu cepat puncak, apakah karena terlalu bernafsu atau pengaruh psikologis? Saya bisa mencapai puncak hanya dalam 3 menit tetapi kalau lagi senang sepulang dari kantor, bisa 10-15 menit. Pokoknya bisa diatur. Pentanyaan saya, apakah ada cara untuk mengatasi ejakulasi dini? Apakah pengobatan alternatif (dukun kampung) bisa mengobati hal ini? Iklan di koran banyak memuat tentang pengobatan penyakit ini sehingga saya berpikir untuk ke sana, tetapi masih takut.”(H., Manokwari)

Jawaban:

Obat dan Latihan

Sudah sering saya jelaskan di rubrik ini mengenal ejakulasi dini. Meski demikian, saya mengerti kalau masih saja ada pembaca yang mengajukan pertanyaan mengenai masalah itu. Justru kenyataan ini menguatkan data klinis mengenai banyaknya pria yang mengalami ejakulasi dini atau merasa khawatir dirinya mengalami ejakulasi dini.Sayangnya, uraian Anda agak membingungkan. Di bagian awal Anda menyatakan selalu mengalami ejakulasi lebih dulu dari pada istri. Namun, di bagian lain Anda menyatakan dapat mengatur terjadinya ejakulasi. Bahkan, Anda dapat mengatur sampai berlangsung 10-15 menit.Kalau benar Anda dapat mengontrol terjadinya ejakulasi, sebenarnya Anda tidak mengalami ejakulasi dini. Apalagi kalau kehidupan seksual Anda dan istri tidak terganggu, seperti pengakuan Anda, “Kami selalu merasa senang bersama.”

Latihan Mengontrol

Pengertian ejakulasi dini ialah ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangan mencapai orgasme, dengan syarat tidak ada disfungsi seksual di pihak wanita. Kalau ternyata Anda dapat mengontrol, apalagi istri dapat mencapai orgasme, saya pikir Anda tidak mengalami ejakulasi dini.Sebagai informasi, ejakulasi dini dapat diatasi baik dengan obat maupun latihan mengontrol ejakulasi. Mengenai cara alternatif seperti yang diiklankan di koran, saya tidak tahu cara apa. Yang pasti, cara pengobatan yang diakui secara internasional adalah cara yang saya sebutkan di atas.Sebagai bangsa yang ingin maju, saya pikir semua warga bangsa harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam membangun semua aspek kehidupan. Kalau tidak, kita akan tertinggal dan tetap menjadi bangsa yang bodoh.

Read Full Post »

Apakah homoseksual dapat diubah menjadi heteroseksual? Tergantung apa penyebabnya. Kalau karena faktor sosiokultural dan lingkungan, masih bisa. Namun, jika memang homoseksual tetapi ingin menikah dengan lawan jenis, sungguh tidak fair bagi pasangan.

Kasus:

“Saya seorang pemuda 29 tahun, lajang. Beberapa bulan lagi saya akan menikah dengan seorang gadis. Saya sangat takut menghadapi kenyataan ini karena saya mempungai masalah dengan perilaku seks saya. Dulu saya pernah punya pacar, tetapi akhirnya dia menikah dengan pilihan orangtuanya. Beberapa bulan kemudian, saya bertemu dengannya lagi. Sejak saat itu kami sering melakukan hubungan layaknya suami istri. Nah, beberapa waktu lalu, ketika akan berhubungan dengan dia di sebuah hotel, saya langsung lemas tak bergairah. Mulai saat itu saya tidak lagi berani mengajaknya ke hotel karena malu.

Saya akui bahwa saya memang punya kecenderungan menyukai sesama jenis. Saya punya teman akrab seorang lelaki yang sudah menikah. Hampir setiap hari kami jalan bersama. Dia berbadan gemuk. Setiap saya jalan dengan dia dan kebetulan kulit kami bersentuhan, saya langsung ereksi. Sepertinya ia menikmatinya juga. Begitu pun bila jalan ke mal, saya suka melihat pria berbadan gemuk, tetapi saya tidak berniat untuk berhubungan badan dengan mereka. Karena kuatnya keinginan untuk menepis perasaan yang menyimpang ini saya memutuskan sepihak pertemanan dengan sahabat saya itu. Saya takut rasa ini berlarut-larut dan susah untuk dihilangkan. Anehnya, saya malah tersiksa karena saya semakin rindu dengannya. Pertanyaan saya, apakah saya bisa diobati? Saya ingin membangkitkan kembali rasa yang dulu ada ketika pertama kali berhubungan intim dengan pacar dan ingin melenyapkan perasaan suka sesama jenis ini!”(I, Palu, Sulawesi Tengah)Jawaban:

Temukan Penyebabnya

Saya pikir masalah utama Anda ialah kecenderungan homoseksual itu. Kalau benar Anda punya kecenderungan homoseksual, tidak aneh kalau Anda mengalami hambatan ketika melakukan hubungan seksual dengan mantan pacar yang sudah bersuami itu.Masalahnya, sejak kapan kecenderungan homoseksual itu Anda alami? Apakah memang sejak awal? Ataukah muncul kemudian, khususnya setelah Anda ditinggal menikah oleh pacar Anda? Apakah Anda juga tertarik kepada lawan jenis? Apakah rencana pernikahan Anda karena terpaksa agar dianggap pria normal ataukah karena memang tertarik kepada calon istri?Pertanyaan tersebut perlu ditujukan kepada Anda untuk memastikan apakah benar Anda seorang homoseksual atau normal saja atau biseksual. Secara teoretis, ada empat faktor penyebab homoseksual (tertarik hanya pada sesama jenis).Pertama, faktor biologis, berupa gangguan di otak sejak awal. Kedua, faktor psikodinamik karena gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak. Ketiga, faktor sosiokultur. Keempat, faktor lingkungan.Faktor penyebab ini sangat penting dipahami karena berkaitan dengan harapan dapat tidaknya seorang homoseksual diubah menjadi heteroseksual. Seorang heteroseksual berarti tertarik kepada lawan jenis.

Perlu Konsultasi

Di antara keempat faktor penyebab tersebut, faktor pertama merupakan faktor yang tidak mungkin dilenyapkan. Ini berarti seorang homoseksual dengan penyebab faktor tersebut, tidak mungkin dapat disembuhkan dan menjadi heteroseksual (tertarik pada lawan jenis). Penyebab faktor kedua juga merupakan faktor yang sangat sulit, kalau bukan tidak mungkin diatasi.Bila penyebabnya faktor ketiga dan keempat, masih sangat mungkin dapat diatasi sehingga perilaku homoseksual dapat ditinggalkan dan menjadi heteroseksual. Walaupun begitu, tidak selalu mudah meninggalkan perilaku homoseksual.Perbedaan faktor penyebab inilah yang merupakan jawaban mengapa ada orang homoseksual yang kemudian dapat menjadi heteroseksual, tetapi banyak yang tetap tidak dapat meninggalkan orientasi homoseksualnya. Dengan kata lain, jangan berharap semua orang homo seksual pasti dapat dijadikan heteroseksual.
Untuk menentukan apakah Anda benar homoseksual,
Untuk menentukan apakah Anda benar homoseksual tentu diperlukan konsultasi lebih jauh. Sebagai langkah awal, silakan Anda menjawab pertanyaan di atas. Andaikata benar Anda homoseksual, tentu tidak benar kalau Anda menikah dengan gadis itu.Pernikahan hanya akan menjadi neraka bagi istri Anda.

Read Full Post »

Setelah punya anak, ia tak lagi bergairah melakukan hubungan seksual. Apakah ini akibat kelelahan, ataukah sebagai efek dari operasi caesar yang pernah dijalaninya?

Kasus:

“Saya seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun, suami berumur 33 tahun. Kami menikah akhir tahun 2002. Menjelang akhir 2004 kami dikaruniai seorang putri cantik yang lahir dengan berat badan 1,8 kg. Usia kandungan saya saat itu 8 bulan. Saya mengalami pecah ketuban, sehingga harus menjalani operasi caesar. Saya kurang tahu mengapa anak kami begitu kecil, padahal berat saya naik 13 kg. Saat hamil saya tinggal seorang diri, tanpa keluarga maupun pembantu. Baru saling mengenal, suami sudah akan berangkat untuk tugas belajar di luar negeri. Kami berdua bekerja di kantor yang sama sebagai PNS. Pengenalan lebih lanjut hanya kami lakukan melalui telepon maupun email. Bahkan, saat melamar pun suami terpaksa menghubungi ayah saya via telepon.

Pada saat nikah, kami hanya punya waktu 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah untuk bertemu. Suami selalu menyempatkan diri untuk bisa pulang paling tidak setahun dua kali, masing-masing selama satu bulan. Pada saat saya melahirkan, suami bisa mendampingi. Alhamdulillah dia bisa ada di rumah cukup lama, hampir 2 bulan. Ketika belum mempunyai anak, saya merasa tidak ada yang salah dalam hubungan suami istri. Meskipun terkesan kurang aktif, sebenarnya saya juga menikmati hubungan kami. Mungkin karena bisa dibilang kami pacaran setelah menikah dan jarang bertemu, saya begitu manja terhadap suami. Saat itu saya merasa punya banyak waktu luang, sehingga bisa punya banyak waktu untuk diri sendiri termasuk beristirahat, membaca, maupun jalan-jalan pagi, sekadar berolahraga. Saya juga bisa mengembangkan imajinasi dalam berhubungan dengan suami, dan kami begitu terbuka mengenai hubungan intim kami.

Namun, sejak memiliki anak, saya merasa tidak ada lagi gairah dalam melakukan hubungan. Beban kerja saya rasakan semakin bertambah, bukan hanya di kantor, tetapi juga di rumah. Bukan hanya secara fisik tetapi juga beban pikiran. Meski sudah ada pembantu yang meringankan tugas, rasa lelah saya tidak juga berkurang. Selain itu, sifat dan kegemaran saya bermanja-manja pada suami juga mulai menghilang, tergantikan oleh sikap dewasa seorang ibu. Suami adalah orang yang luar biasa dan istimewa untuk saya, sehingga saya kadang merasa bersalah jika pulang, saya tidak ada minat untuk melayaninya. Sering saya merasa sudah tidak punya tenaga lagi untuk berduaan dengannya, dan waktu luang terbaik buat saya adalah untuk tidur/istirahat. Saya tidak ingin hal ini terus terjadi, tetapi saya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa membangkitkan gairah saya lagi.

Yang ingin saya tanyakan, apakah keengganan saya pada hubungan seksuai disebabkan oleh rasa lelah saya? Saya memang merasa tidak punya tenaga lagi untuk melakukan aktivitas yang cukup menguras energi tersebut, bahkan hanya untuk pemanasan sekali pun. Apakah operas/caesar ada hubungánnya dengan sulitnya saya terangsang, padahal suami sudah mencumbu saya di bagian-bagian yang dulu amat sangat sensitif? Akibatnya, saya sering merasakan kesakitan yang menyebabkan saya semakin enggan untuk berhubungan.Apa yang harus saya lakukan? Saya dan suami masih cukup muda, dan kami juga ingin merasakan kehangatan kasih sayang bersama. Saya rasa kami berdua cukup terbuka mengenai masalah ini dan sepakat meminta bantuan pihak ketiga untuk mencoba mengenali masalah dan membantu pemecahannya.”(W.T., Jakarta)

Jawaban:

Evaluasi Kebugaran

Surat Anda sengaja saya muat hampir utuh agar tidak terlalu mengubah ekspresi Anda dalam menyampaikan masalah yang kini Anda alami. Menjawab surat Anda, saya ingin mengingatkan bahwa fungsi seksual dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis.Faktor fisik pada dasarnya adalah keadaan kesehatan yang baik dengan kesegaran dan kebugaran yang baik. Faktor psikis menyangkut perasaan atau suasana hati. Jadi, kalau menginginkan fungsi seksual baik, kedua faktor ini harus baik. Setiap gangguan dalam bentuk apapun pada kedua faktor itu dapat mengganggu fungsi seksual. Mengenai fungsi seksual, ada empat komponen yang termasuk di dalamnya, yaitu dorongan seksual, bangkitan seksual, orgasme (dan ejakulasi bagi pria), dan
kepuasan seksual.
Kepuasan seksual acapkali dikacaukan dengan orgasme, padahal orgasme hanyalah semata-mata sensasi kenikmatan seksual. Sementara kepuasan seksual juga melibatkan emosi.Disfungsi seksual dapat terjadi pada salah satu atau lebih komponen tersebut. Karena itu, dapat terjadi gangguan dorongan seksual, gangguan bangkitan seksual, hambatan orgasme, dan gangguan ejakulasi pada pria.Lakukan EvaluasiKalau Anda menyatakan tidak bergairah lagi atau sulit terangsang, perlu dipastikan apakah Anda mengalami hambatan dorongan seksual ataukah dorongan seksual Anda normal tetapi bangkitan seksual Anda yang tenhambat, seperti tidak mengalami perlendiran vagina. Kemungkmnan ini perlu dipastikan untuk menentukan jenis gangguan seksual apa yang Anda alami.Kalau Anda merasa sakit setiap melakukan hubungan seksual, itu sangat mungkin karena tidak terjadi perlendiran vagina yang cukup. Gangguan ini dapat terjadi karena Anda mengalami hambatan dorongan seksual atau karena mengaami gangguan bangkitan seksual. Keadaan ini secara fisik tidak ada hubungannya dengan operasi cesar.Namun, apa pun yang Anda alami, tampaknya faktor fisik lebih dominan sebagai penyebab disfungsi seksual Anda. Ini sesuai dengan pengakuan Anda yang sepulang kerja sering merasa sudah tidak punya tenaga lagi untuk berduaan dengannya, dan waktu luang terbaik adalah untuk tidur/istirahat. Tentu saja mudah dimengerti kalau dalam keadaan demikian fungsi seksual terganggu. Untuk mengatasi masalah Anda, lakukan langkah berikut. Pertama lakukan evaluasi apakah beban kerja Anda secara fisik dan psikis melampaui kemampuan. Kedua, lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui status kesehatan Anda. Ketiga, lakukan evaluasi untuk mengetahui keadaan kebugaran tubuh Anda. Dengan langkah ini, Anda dapat mengetahui mengapa Anda sering merasa tidak punya tenaga lagi seusai kerja.Kalau penyebabnya diketahui, dapat lakukan langkah keempat, yaitu mengatasi penyebab tersebut. Saya sarankan Anda dapat melakukan ketiga langkah tersebut. Selanjutnya, langkah keempat pun dapat dilakukan. Tentu selanjutnya Anda memerlukan  konsultasi dan pemeriksaan.

Read Full Post »

Saya pemuda berumur 25 tahun. Saya ingin menanyakan kenapa setiap pagi penis saya tidak bangun/tegang sebagaimana layaknya pria lain. Hal ini sudah saya alami kurang lebih 2 atau 3 tahun. Saya juga mengalami ejakulasi dini. Saya tidak bisa menahan sperma saya untuk tidak keluar. Saya pernah ingin melakukan hubungan intim dengan kekasih. Namun, baru melakukan foreplay saja, sperma sudah keluar, terutama bila saya lakukan sentuhan ke tubuh pasangan.

Apakah ini yang dinamakan DE (Disfungsi Ereksi) atau ejakulasi dini? Saya akui, dulu sering melakukan onani. Apakah hal ini yang menyebabkan gangguan tersebut?Saya merasa ereksi saya kurang keras, sperma tidak terlalu kental, juga sedikit yang keluar. Bila memang saya mengalami salah satu gangguan di atas, mohon informasi di mana saya bisa melakukan pengobatan. Saya takut tidak bisa membahagiakan istri saya nanti.
R., Bandung

Sampai 8-9 Kali
Pria normal dan sehat memang mengalami ereksi spontan selama tidur malam hari. Episode ereksi dapat terjadi beberapa kali selama tidur. Pada masa remaja dapat terjadi sampai 8-9 kali. Ereksi spontan itu terjadi dalam kualitas yang baik dengan rigiditas (kekakuan) yang baik pula. Sisa ereksi spontan selama tidur itulah yang dirasakan pada pagi hari ketika bangun tidur.
Ereksi spontan ini dipengaruhi oleh fungsi hormon testosteron. Karena itu, pria yang mengalami penurunan hormon testosteron, ereksi spontan jarang atau tidak terjadi. Kalau Anda tidak merasakan ereksi pada pagi hari, bukan berarti ereksi spontan selama tidur malam hari tak terjadi. Mungkin saja ketika Anda bangun pagi hari, sisa ereksi spontan itu sudah tidak terasa lagi. Jadi bukan berarti tidak terjadi ereksi spontan. 

Beda ED dan DE
Pengertian disfungsi ereksi tidak sama dengan ejakulasi dini. Disfungsi ereksi berarti tidak mampu mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual. Jadi gangguannya pada ereksi, bukan pada komponen fungsi seksual yang lain.
Sementara itu, ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sesuai yang diinginkan sampai pasangan mencapai orgasme. Jadi gangguan terjadi pada kontrol ejakulasi. Kalau ereksi Anda baik dan optimal dan mampu dipertahankan, berarti fungsi ereksi normal. Demikian juga bila Anda mampu mengontrol ejakulasi, berarti fungsi kontrol ejakulasi normal. Masturbasi yang dilakukan secara tergesa-gesa agar cepat orgasme dan ejakulasi diduga dapat melatarbelakangi terjadinya ejakulasi dini.Kalau Anda hanya merasa “ereksi kurang keras”, mungkin saja perasaan Anda tidak benar. Demikian juga bila Anda menganggap sperma “tidak terlalu kental”. Banyak pria merasa seperti Anda padahal sebenarnya normal. Perasaan atau anggapan seperti itu sering terjadi di masyarakat karena banyak sekali informasi tentang seksualitas yang tidak benar.

Informasi Salah
Banyak orang ingin bicara tentang seksualitas dan diberitakan oleh media massa. Padahal, informasi yang disampaikan sama sekali tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, melainkan hanya apa yang didengar, diyakini sendiri, bahkan hanya mitos. Pembaca atau pemirsa kemudian menerima informasi yang salah pula. Saya khawatir Anda telah menerima informasi tidak benar, sehingga membuat Anda khawatir. Normal atau tidaknya ereksi Anda dapat dipastikan dengan pemeriksaan yang benar, tidak hanya dengan perasaan. Kalau hanya dengan perasaan, bisa jadi Anda akan khawatir atau takut tanpa dasar, seperti yang Anda alami sekarang. Demikian juga dengan sperma Anda. Normal tidaknya sperma juga hanya dapat ditentukan melalui pemeriksaan. Jadi tidak dapat hanya dilihat begitu saja, lalu merasa “tidak terlalu kental”. Yang pasti, tidak ada hubungan antara gangguan ereksi dengan gangguan sperma. Artinya mungkin saja seorang pria mengalami difsungsi ereksi, tetapi spermanya normal. Sebaliknya, mungkin ereksi baik sekali, tetapi pria itu mandul sehingga tidak dapat menghamili istrinya. Untuk penanganan disfungsi seksual, dokter yang khusus di bidang itu ialah spesialis andrologi atau seksologi.     

Read Full Post »

Saya adalah pensiunan dosen, sekarang sudah berumur hampir 80 tahun. Istri saya berusia 77 tahun, kami sudah bersuami istri selama 52 tahun. Kami sudah punya tiga anak dan delapan cucu. Mendekati umur 80 tahun ini saya mengalami problem mendadak, yaitu tidak bisa melakukan hubungan seksual karena `burung’ saya tidak bisa  tegang secara normal.

Pertanyaan saya, apakah umur 80 tahun ini batas waktu bagi fungsi coitus sebagai suami? Apakah saya menderita sakit yang berhubungan dengan alat kelamin? Memang baru-baru ini saya menderita sakit pneumonia sampai harus dirawat di rumah sakit. Apakah usaha yang harus saya lakukan?
I.A, Bandung

Tak Ada Batas
Sebenarnya tidak ada batas usia tertentu kapan seorang pria tidak mampu lagi ereksi secara normal. Fungsi ereksi dan fungsi seksual lainnya dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor psikis. Banyak faktor fisik yang berpengaruh, seperti gangguan hormon, penyakit yang mengenai pembuluh darah, penyakit saraf, akibat obat tertentu, dan akibat operasi di daerah kelamin. Faktor psikis misalnya tekanan mental, kejenuhan, dan kekecewaan. Dengan demikian, di usia berapa pun dapat terjadi gangguan fungsi ereksi dan fungsi seksual lainnya bila ada faktor yang mengganggu tersebut.

Dengan bertambahnya usia, kerap terjadi perubahan fisik yang kemudian dapat mengganggu fungsi ereksi dan fungsi seksual lainnya. Perubahan fisik karena proses penuaan pada akhirnya menimbulkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh.Selain itu, pada usia lanjut kerap muncul penyakit yang pada akhirnya mengganggu fungsi seksual, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Di usia lanjut, banyak orang yang mengalami hambatan psikis, misalnya karena merasa terasing, jenuh dengan suasana yang monoton, dan tidak dihargai orang.Faktor psikis ini berpengaruh besar bagi fungsi seksual pada usia lanjut. Namun, bagi orang yang melakukan perawatan dan pengobatan sebelumnya, walaupun usianya lanjut, kondisi fungsi organ tubuhnya dapat tetap baik. Karena itu, fungsi ereksi tidak sama pada setiap orang dengan usia yang sama walaupun telah lanjut. Apalagi kalau sejak dulu selalu menerapkan pola hidup sehat, misalnya tidak merokok berlebihan, berolahraga teratur, dan tidur cukup. Karena itu pula kondisi fisik dan psikis setiap orang tidak selalu sama walaupun usianya sama, yang kemudian tampak pada penampilan dan kualitas hidup yang berbeda pula.

Faktor Penuaan
Kalau kini Anda mengalami gangguan ereksi, tentu tidak dapat dilepaskan dari penurunan yang terjadi karena proses penuaan. Apalagi kalau Anda mengalami salah satu penyakit yang berpengaruh besar bagi fungsi ereksi.
Belum lama kalau secara psikis Anda mengalami masalah, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap fungsi ereksi dan fungsi seksual yang lain. Penyakit pneumonia yang pernah Anda alami, mungkin saja dapat menimbulkan akibat ter
hadap fungsi ereksi karena keadaan umum menunm, selain fungsi paru-paru yang menurunjuga.
Langkah yang harus Anda lakukan ialah berkonsultasi lebih jauh untuk mendapat pemeriksaan. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana keadaan umum Anda, gangguan apa saja yang terjadi sebagai penyebab gangguan ereksi. Setelah itu, langkah pengobatan dapat dilakukan dengan benar. Pada umumnya keberhasilan penanganan gangguan ereksi cukup memuaskan.

Read Full Post »

Jika selama ini Anda terlanjur percaya pada mitos yang mengatakan semakin besar ukuran alat vital, semakin puas pasangan, maka Anda salah! Karena sebenarnya tidak ada kaitan antara ukuran penis dengan tingkat kepuasan seksual seseorang. Semoga ulasan berikut bisa lebih meyakinkan Anda.

Meski teknologi semakin maju dan canggih, masyarakat kita tampaknya tetap percaya pada anggapan bahwa kejantanan pria diukur dari besar kecilnya penis mereka. Tak heran jika produk yang dipercaya bisa membesarkan ukuran alat vital ramai dicari orang, baik obat yang dioles, telan sampai melakukan terapi pijat.  “Kalau sejak awal sudah dikatakan mitos, pasti salah. Mitos itu terus berkembang karena pengetahuan seksualitas kita rendah,” kata dr.Nugroho S,.SpAnd dari RS.Fatmawati, Jakarta, mengenai anggapan keliru soal ukuran penis dan kepuasan seksual. Menurutnya, untuk memuaskan pasangan tidak harus memiliki penis besar, tetapi yang terpenting penis itu bisa ereksi dengan sempurna atau mampu dipertahankan sesuai yang diinginkan. Ukuran penis rata-rata orang Indonesia adalah 7-9 cm saat tidak ereksi. Pada beberapa kasus memang bisa terjadi ukuran penis yang sangat kecil (micro penis), yakni sekitar 2-3 cm. Penyebabnya beragam, salah satunya karena kekurangan hormone testosterone sejak masih masa pertumbuhan. Tentu saja ukuran penis sekecil itu merupakan kelainan dan tidak bisa memuaskan pasangannya. Dengan keadaan fungsi hormon seks normal, perkembangan penis laki-laki akan berhenti pada usia remaja (14 – 17 tahun). Setelah usia tersebut tidak mungkin melakukan pembesaran atau memanjangkan ukuran penis, kecuali dengan jalan operasi, ini pun berisiko tinggi. 

Yang penting ereksi

Selama tidak memiliki masalah micro penis, meski seseorang memiliki ukuran penis di bawah rata-rata, asalkan  bisa ereksi sempurna serta memiliki pengetahuan seksualitas dan mengetahui daerah peka rangsang pasangannya, pasti ia bisa memuaskan pasangannya. “Buat apa penis besar tetapi tidak bisa mempertahankan ereksi sempurna ?” ujar dr.Nugroho.Banyak masyarakat baik pria maupun wanita yang termakan mitos seks yang salah, sehingga terpengaruh secara psikologis dalam hubungan seksualnya. ”Seseorang istri yang percaya penis kecil tidak akan bisa memuaskan, akan tertanam di otaknya. Jadi sehebat apa pun teknik yang dilakukan pasangannya ia tidak akan merasa puas, karena itu mitosnya harus dihilangkan dulu dari kepala” tambahnya. Begitupun pada pria, jika termakan mitos, ia akan merasa tidak percaya diri untuk melakukan hubungan seksual karena takut tidak bisa memenuhi standar harapan pasangannya. Tak sedikit yang akhirnya benar-benar tidak mampu berhubungan seks dengan baik. Sebaliknya, banyak pria yang merasa bangga jika bisa melakukan penetrasi sampai ‘mentok’ atau menyentuh mulut rahim. Padahal menurut dr.Nugroho mitos ini justru sama sekali salah.  “Mengapa mentok, itu sebenarnya karena si wanita belum siap melakukan penetrasi, karena wanita yang terangsang baik akan terjadi reaksi seksual, vaginanya akan memanjang dan melembung di bagian belakang, jadi penis tidak akan mentok” papar dr.Nugroho.“Seharusnya si wanita berkata terus terang jika belum siap melakukan penetrasi dan meminta pasangan untuk lebih lama melakukan foreplay,” saran dr.Nugroho.Budaya orang timur memang menabukan pembicaraan soal seks, akibatnya banyak pasangan yang menutup diri dan malu untuk terbuka kepada pasangannya sendiri. Sehingga masing-masing hanya menduga-duga apakah pasangannya puas hanya dari bahasa tubuh.  

Agar pasangan puas

Jadi, memiliki ukuran penis besar bukan jaminan keberhasilan hubungan seksual. Biar kecil yang penting bisa mempertahankan ereksi  lebih lama sampai pasangannya mencapai ‘puncak’. Apa saja kiatnya untuk memutar balikkan ‘kekurangan’ menjadi kelebihan?Rutin berolahraga, memiliki gaya hidup sehat. Hobi olahraga akan membantu Anda lebih tahan lama saat bercinta. Perbaiki teknik bercinta. Baca berbagai buku seksualitas Komunikasi.seksual pada pasangan untuk lebih terbuka, selain itu bersikaplah peka dan sensitif terhadap kebutuhan wanita. Foreplay yang lama. Pahamilah bahwa wanita membutuhkan foreplay yang lama dan posisi yang variatif untuk mempertahankan mood ketika bercinta. Yang lebih penting dari segalanya ketika berhubungan adalah perasaan dan emosi yang terlibat. Duuh…

Read Full Post »

Older Posts »