Setelah punya anak, ia tak lagi bergairah melakukan hubungan seksual. Apakah ini akibat kelelahan, ataukah sebagai efek dari operasi caesar yang pernah dijalaninya?
Kasus:
“Saya seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun, suami berumur 33 tahun. Kami menikah akhir tahun 2002. Menjelang akhir 2004 kami dikaruniai seorang putri cantik yang lahir dengan berat badan 1,8 kg. Usia kandungan saya saat itu 8 bulan. Saya mengalami pecah ketuban, sehingga harus menjalani operasi caesar. Saya kurang tahu mengapa anak kami begitu kecil, padahal berat saya naik 13 kg. Saat hamil saya tinggal seorang diri, tanpa keluarga maupun pembantu. Baru saling mengenal, suami sudah akan berangkat untuk tugas belajar di luar negeri. Kami berdua bekerja di kantor yang sama sebagai PNS. Pengenalan lebih lanjut hanya kami lakukan melalui telepon maupun email. Bahkan, saat melamar pun suami terpaksa menghubungi ayah saya via telepon.
Pada saat nikah, kami hanya punya waktu 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah untuk bertemu. Suami selalu menyempatkan diri untuk bisa pulang paling tidak setahun dua kali, masing-masing selama satu bulan. Pada saat saya melahirkan, suami bisa mendampingi. Alhamdulillah dia bisa ada di rumah cukup lama, hampir 2 bulan. Ketika belum mempunyai anak, saya merasa tidak ada yang salah dalam hubungan suami istri. Meskipun terkesan kurang aktif, sebenarnya saya juga menikmati hubungan kami. Mungkin karena bisa dibilang kami pacaran setelah menikah dan jarang bertemu, saya begitu manja terhadap suami. Saat itu saya merasa punya banyak waktu luang, sehingga bisa punya banyak waktu untuk diri sendiri termasuk beristirahat, membaca, maupun jalan-jalan pagi, sekadar berolahraga. Saya juga bisa mengembangkan imajinasi dalam berhubungan dengan suami, dan kami begitu terbuka mengenai hubungan intim kami.
Namun, sejak memiliki anak, saya merasa tidak ada lagi gairah dalam melakukan hubungan. Beban kerja saya rasakan semakin bertambah, bukan hanya di kantor, tetapi juga di rumah. Bukan hanya secara fisik tetapi juga beban pikiran. Meski sudah ada pembantu yang meringankan tugas, rasa lelah saya tidak juga berkurang. Selain itu, sifat dan kegemaran saya bermanja-manja pada suami juga mulai menghilang, tergantikan oleh sikap dewasa seorang ibu. Suami adalah orang yang luar biasa dan istimewa untuk saya, sehingga saya kadang merasa bersalah jika pulang, saya tidak ada minat untuk melayaninya. Sering saya merasa sudah tidak punya tenaga lagi untuk berduaan dengannya, dan waktu luang terbaik buat saya adalah untuk tidur/istirahat. Saya tidak ingin hal ini terus terjadi, tetapi saya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa membangkitkan gairah saya lagi.
Yang ingin saya tanyakan, apakah keengganan saya pada hubungan seksuai disebabkan oleh rasa lelah saya? Saya memang merasa tidak punya tenaga lagi untuk melakukan aktivitas yang cukup menguras energi tersebut, bahkan hanya untuk pemanasan sekali pun. Apakah operas/caesar ada hubungánnya dengan sulitnya saya terangsang, padahal suami sudah mencumbu saya di bagian-bagian yang dulu amat sangat sensitif? Akibatnya, saya sering merasakan kesakitan yang menyebabkan saya semakin enggan untuk berhubungan.Apa yang harus saya lakukan? Saya dan suami masih cukup muda, dan kami juga ingin merasakan kehangatan kasih sayang bersama. Saya rasa kami berdua cukup terbuka mengenai masalah ini dan sepakat meminta bantuan pihak ketiga untuk mencoba mengenali masalah dan membantu pemecahannya.”(W.T., Jakarta)
Jawaban:
Evaluasi Kebugaran
Surat Anda sengaja saya muat hampir utuh agar tidak terlalu mengubah ekspresi Anda dalam menyampaikan masalah yang kini Anda alami. Menjawab surat Anda, saya ingin mengingatkan bahwa fungsi seksual dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis.Faktor fisik pada dasarnya adalah keadaan kesehatan yang baik dengan kesegaran dan kebugaran yang baik. Faktor psikis menyangkut perasaan atau suasana hati. Jadi, kalau menginginkan fungsi seksual baik, kedua faktor ini harus baik. Setiap gangguan dalam bentuk apapun pada kedua faktor itu dapat mengganggu fungsi seksual. Mengenai fungsi seksual, ada empat komponen yang termasuk di dalamnya, yaitu dorongan seksual, bangkitan seksual, orgasme (dan ejakulasi bagi pria), dan
kepuasan seksual.Kepuasan seksual acapkali dikacaukan dengan orgasme, padahal orgasme hanyalah semata-mata sensasi kenikmatan seksual. Sementara kepuasan seksual juga melibatkan emosi.Disfungsi seksual dapat terjadi pada salah satu atau lebih komponen tersebut. Karena itu, dapat terjadi gangguan dorongan seksual, gangguan bangkitan seksual, hambatan orgasme, dan gangguan ejakulasi pada pria.Lakukan EvaluasiKalau Anda menyatakan tidak bergairah lagi atau sulit terangsang, perlu dipastikan apakah Anda mengalami hambatan dorongan seksual ataukah dorongan seksual Anda normal tetapi bangkitan seksual Anda yang tenhambat, seperti tidak mengalami perlendiran vagina. Kemungkmnan ini perlu dipastikan untuk menentukan jenis gangguan seksual apa yang Anda alami.Kalau Anda merasa sakit setiap melakukan hubungan seksual, itu sangat mungkin karena tidak terjadi perlendiran vagina yang cukup. Gangguan ini dapat terjadi karena Anda mengalami hambatan dorongan seksual atau karena mengaami gangguan bangkitan seksual. Keadaan ini secara fisik tidak ada hubungannya dengan operasi cesar.Namun, apa pun yang Anda alami, tampaknya faktor fisik lebih dominan sebagai penyebab disfungsi seksual Anda. Ini sesuai dengan pengakuan Anda yang sepulang kerja sering merasa sudah tidak punya tenaga lagi untuk berduaan dengannya, dan waktu luang terbaik adalah untuk tidur/istirahat. Tentu saja mudah dimengerti kalau dalam keadaan demikian fungsi seksual terganggu. Untuk mengatasi masalah Anda, lakukan langkah berikut. Pertama lakukan evaluasi apakah beban kerja Anda secara fisik dan psikis melampaui kemampuan. Kedua, lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui status kesehatan Anda. Ketiga, lakukan evaluasi untuk mengetahui keadaan kebugaran tubuh Anda. Dengan langkah ini, Anda dapat mengetahui mengapa Anda sering merasa tidak punya tenaga lagi seusai kerja.Kalau penyebabnya diketahui, dapat lakukan langkah keempat, yaitu mengatasi penyebab tersebut. Saya sarankan Anda dapat melakukan ketiga langkah tersebut. Selanjutnya, langkah keempat pun dapat dilakukan. Tentu selanjutnya Anda memerlukan konsultasi dan pemeriksaan.
Tinggalkan komentar